Kesenian tradisional teater dan sandiwara rakyat dari
rumpun seni tutur tradisional menjadi bagian dari 10 persen kesenian
tradisional yang punah. Tidak kurang dari 40 kesenian tradisional Jawa
Barat dari 243 jenis kesenian terancam punah.
“Ada banyak penyebab punahnya kesenian tradisional di Jawa Barat.
Selain karena tokohnya meninggal dunia, kesenian sudah tidak mendapat
tempat ataupun tidak ditanggap masyarakatnya serta kalah dengan kesenian
yang berkembang saat ini,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jawa Barat, Drs. Nunung Sobari, M.M., dalam paparanya pada acara Forum
Diskusi Wartawan Bandung, bertempat di Toko Yu, Jalan Hasanudin Bandung,
Rabu (22/2).
Sedangkan kesenian yang terancam punah, ungkap Nunung, kebanyakan
berupa seni teater dan sandiwara rakyat, reog, masres dan sebagainya.
Dikatakannya, jika tidak ada upaya dari masyarakat maupun pemerintah
daerah, seni yang terancam punah ini justru akan punah. Oleh karena itu,
lanjut dia, Disparbud Jabar melalui Balai Taman Budaya Jabar melakukan
program pewarisan seni dan revitalisasi seni.
Untuk menangani kepunahan sejumlah kesenian tradisional, menurut
Nunung, Disparbud Jabar melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa
Barat (BPTB Jabar) melakukan
program
revitalisasi dan pewarisan. Program pewarisan yang diselenggarakan
sejak tahun 2005 hingga 2011 telah merevitalisasi 11 kesenian
tradisional dan tahun 2012 ada tiga kesenian yang masuk program
revitalisasi dan 13 kesenian masuk program pewarisan.
Kesenian tradisional yang berhasil direvitalisasi, meliputi kesenian
Topeng Lakon (Kab. Cirebon), Gondang Buhun (Kab. Ciamis), Angklung Badud
(Kota Tasikmalaya), Parebut Seeng (Kab. Bogor), Goong Kaman (Kab.
Bekasi), Cokek (Kab. Bekasi), Gamelan Ajeng (Kab. Karawang), Topeng
Menor (Kab. Subang), Randu Kentir (Kab. Indramayu), Seni Uyeg (Kota
Sukabumi) dan Ketuk Tilu Buhun (Kota Bandung). “Dari kesebelas kesenian
yang punah dan nyaris punah, kesenian Uyeg pada masa kerajaan Padjajaran
abad ke 15 yang paling tua, dan tahun ini ada empat yang masuk program
revitalisasi,” terang Nunung.
Selain kendala tokoh maupun pelaku seni, menurut Nunung, kendala
anggaran menjadi penyebab tersendatnya upaya-upaya pelestarian kesenian
tradisional. “Setiap tahunnya Disparbud melalui BPTB Jabar baru hanya
mampu menjalankan program revitalisasi antara tiga hingga lima kesenian
tradisional, sementara program pewarisan yang baru dilaksanakan tahun
2011 hingga tahun ini direncanakan 23 kesenian,” ujar Nunung.
Namun demikian, menurut Nunung program pewarisan dan revitalisasi
yang dilaksanakan Disparbud Jabar melalui BPTB Jabar selain berhasil
menyelamatkan kesenian tradisional, juga mengangkat tokohnya serta
menghidupkan kembali perekonomian para pelakunya.
Dicontohkannya kesenian tradisional Parebut Seeng yang kini sudah
difestivalkan untuk menumbuhkan rasa cinta berkesenian di masyarakat,
juga mampu menghidupkan pengrajin alat kesenian yang dipergunakan serta
lainnya.



0 komentar:
Posting Komentar