Sidang akbar tahunan ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan
Warisan Budaya Takbenda UNESCO yang dihadiri lebih dari 500 anggota
delegasi dari 69 negara, LSM internasional, pakar budaya dan media
berlangsung di Bali International Convention Centre mulai 22 sampai 29
November 2011.
Sidang UNESCO itu dibuka pada 22 November 2011 malam oleh Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono didampingi
Direktur Jenderal UNESCO Madame Irina Bokova, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari
Elka Pangestu, Perwakilan Pemerintah Provinsi Bali, dan Wakil
Direktur-Jenderal Bidang Kebudayaan UNESCO, Franceso Bandarin.
Tari Saman
Melalui sidang itu, Seni Budaya Tari Saman dari Gayo
Lues dan sekitarnya di Provinsi Aceh resmi masuk ke
dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Memerlukan Pelindungan
Mendesak UNESCO. Sebelumnya, berkas nominasi Saman disusun
dengan teliti dan diajukan kepada UNESCO pada Maret 2010 oleh Menko
Kesra, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat, pemerintah Provinsi
Aceh, Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasim, serta pemeritah Kabupaten Gayo Lues,
dan masyarakat.SEJARAH
Sekitar pada abad XIV Masehi oleh seorang Ulama bernama Syekh Saman yang berasal dari dataran tinggi Gayo – Aceh menciptakan dan mengembangkan tarian ini.Pada awalnya tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Kemudian berkembang dengan ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Tari saman merupakan salah satu media untuk penyampaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk acara-acara tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Sejalan kondisi Aceh dalam peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang manambah semangat juang rakyat Aceh. Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Sampai sekarang tari ini lebih sering di tampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan. Tarian ini pada awalnya kurang mendapat perhatian karena keterbatasan komunikasi dan informasi dari dunia luar. Tari ini mulai mengguncang panggung saat penampilannya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya nusantara namun sampai ke manca negara.



0 komentar:
Posting Komentar